RAGAM PENGETAHUAN

SELAMAT DATANG DI BLOG RAGAM PENGETAHUAN Ada RAGAM PENGETAHUAN yang didapatkan dalam blog ini. Semoga bermanfaat. Silahkan berikan komentar yang bermanfaat agar Blog ini menjadi lebih baik. Terima kasih atas partisipasinya.

Kamis, 23 Juni 2011

Sifat Pendidik yang Berhasil

Ada sifat mendasar yang membantu seseorang melaksanakan tugasnya sebagai pendidik. Sifat kesempurnaan manusia memang hanya dimiliki oleh para rasul saja, namun manusia bisa juga berupaya dengan segala kemampuan yang ada untuk meraih akhlak yang baik dan sifat-sifat yang terpuji. Lebih-lebih jika ia fokus teladan pendidikan yang akan terus diperhatikan oleh generasi didikannya, bahwa ia adalah pendidik dan pembimbing mereka. Di bawah ini adalah sifat-sifat yang diupayakan bisa dimiliki oleh setiap pendidik agar meraih keberhasilan.
1. Ketabahan dan Kesabaran
Imam Muslim meriwayatkan hadits danri Ibnu Abbas bahwa Rasululloh saw bersabda kepada Asy’aj Abdul Qais, “Sesungguhnya pada dirimu terdapat dua sifat yang disukai oleh Alloh; yaitu ketabahan dan kesabaran.”
Ada sebuah kisah menarik yang menjelaskan begitu penting sifat kesabaran dan ketabahan dalam membentuk akhlak generasi baru. Abdullah bin Thahir berkata, “Aku pernah berada di sisi Ma’mun pada suatu hari, lalu ia memanggil pembantu, “Wahai ghulam!,’ Namun tidak ada seorangpun yang memenuhi panggilannya, kemudian ia memanggil lagi untuk kedua kalinya dengan berteriak , ‘Wahai ghulam!”
Setelah itu datanglah seorang pembantu yang berbangsa Turki seraya berkata, ‘Apakah tidak layak bagi seorang pembantu untuk makan dan minum? Setiapkali kami keluar dari sisimu, engkau lantas memanggil, ‘Wahai ghulam, wahai ghulam’! Sampai berapa kali engkau akan memanggil , ‘Wahai ghulam!?’
Ma’mu kemudian menyapu kepalanya cukup lama. Aku tak sangsi bahwa ia akan menyuruhku dan berkata ‘Wahai Abdullah, sesungguhnya seseorang itu jika hendak memperbaik akhlaknya, selalu saja akhlak para pembantunya justru memburuk. Namun saya tidak bisa merusak akhlak kita untuk memperbaiki akhlak para pembantu kita.”
2. Lemah-lembut (ramah) dan Tidak Kasar
Imam Muslim meriwayatkan hadits dari Aisyah ra bahwa ia berkata, Rasulullah saw bersabda “Sesungguhnya Alloh Maha Lembut dan suka kepada sifat lembut. Alloh akan memberikan kepada orang yang ramah sesuatu yang tidak diberikan kepada orang yang kasar dan sesuatu yang tidak Alloh berikan kepada selainnya.” Dari riwayat Aisyah ra juga disebutkan bahwa nabi bersabda, “Sesungguhnya Allah itu Maha Lembut dan suka terhadap sifat lembut dalam segala urusan.” (Muttafaq ‘Alaih)
Diriwayatkan juga dari Aisyah ra bahwa Nabi saw bersabda,
“Sesungguhnya sikap lembut itu tidak akan tumbuh pada sesuatu kecuali pasti akan menghiasinya, dan tidaklah sifat lemah lembut itu tercabut dari sesuatu melainkan akan membuatnya buruk.” Diriwayatkan oleh Muslim

Muslim meriwayatkan hadits dari Jarir bin Abullah ra bahwa ia bersabda, “Aku telah mendengar Rasululloh saw bersabda, ‘Orang yang tidak bisa berbuat lemah lembut, maka ia tidak akan memperoleh semua kebaikan.”

Imam Ahmad meriwayatkan hadits dari Aisyah ra bahwa Rasululloh saw bersabda kepadanya, “Wahai Aisyah, bersikap lemah lembutlah, karena sesungguhnya Alloh itu jika menghendaki kebaikan pada sebuah keluarga, maka Alloh menunjukan mereka kepada sifat lemah lembut ini.” Dalam riwayat lainnya disebutkan, “Jika Alloh menghendaki suatu kebaikan pada sebuah keluarga, maka Alloh memasukan sifat lemahlembut ke dalam diri mereka.”
Diriwayatkan bahwa Abu Hurairah ra berkata, “Kami pernah mengerjakan sholat Isya bersama Nabi saw. Beliau mengerjakan sholat, dan ketika beliau sedang sujud, tiba-tiba Hasan dan Husain melompat ke atas punggung beliau. Ketika mengangkat kepala, beliau mengambil keduanya dan meletakkan mereka berdua dengan perlahan. Ketika beliau kembali (sujud) maka keduanya pun kembali (menaiki punggung Nabi) lagi. Ketika beliau bangkit, beliau meletakkan yang satunya di sebelah kanan dan satunya lagi di sebelah kiri. Aku katakan kepada Rasululloh saw, “Apa tidak sebaiknya saya bawa keduanya ke tempat ibu mereka?”Beliau menjawab, “Tidak.” Ibu mereka kemudian muncul dan Nabi bersabda, “Sekarang ikutlah ibu kalian!” Keduanya kemudian berjalan mengikutinya sampai masuk ke dalam rumah.”
Hadits ini diriwayatkan oleh Hakim dalam kitab Mustadrak-nya, 3/167, dan ia mengatakan bahwa hadits ini shahihul-isnad, sekalipun Bukhari dan Muslim tidak mengeluarkannya. Dzahabi mengatakan bahwa hadits ini shahih.
Diriwayatkan, ada seorang budak milik Ali Zainul Abidin sedang menyajikan air dengan membawa sebuah kendi yang terbuat dari tembikar. Kendi tersebut kemudian jatuh mengenai kaki Ali Zainul Abidin hingga terluka. Langsung budak tersebut berkata, “Wahai tuanku, Allah berfirman, “Dan orang-orang yang menahan amarah.” Budak itu kemudian berkata lagi. “… dan memaafkan (kesalahan) orang lain.” Ia pun berkata, “Aku telah memaafkanmu.” Budak itu berkata lagi, “Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.” Lalu Zainul Abidin berkata, “Engkau kumerdekakan demi wajah Allah.”
3. Hati yang Penyayang
Abu Sulaiman Malik bin Huwairis ra berkata, “Kami pernah dating menghadap Rasululloh saw bersama rombongan, ketika kami masih muda dan sebaya. Kami tinggal di sisi Nabi saw selama dua puluh hari. Adalah Rasululloh saw seorang penyayang dan ramah. Beliau pun akhirnya mengerti bahwa kami telah merindukan keluarga kami, lalu beliau menanyakan kepada kami tentang siapa saja di antara keluarga kami yang kami tinggal di rumah, dan kami memberitahukan kepada beliau.
Sesudah itu beliau bersabda, “Sekarang pulanglah ke keluargamu masing-masing dan tinggallah di sisi mereka. Ajari mereka dan berbuat baiklah kepada mereka. Laksanakanlah sholat begini di waktu begini, dan begini di waktu begini. Jika telah masuuk waktu sholat, maka hendalklah salah satu dari kalian mengumandangkan adzan dan hendaklah menjadi imam di antara kalian adalah yang paling tua usianya.” Muttafaq ‘Alaih.
Bazzar meriwayatkan hadits dari ibnu Umar ra dari nabi saw bahwa beliau bersabda, “Setiap pohon itu ada buahnya. Buah hati adalah anak. Sesungguhnya Allah tidak akan menyayangi orang yang tidak sayang kepada anaknya. Demi Dzat yang jiwaku berada di tangan-Nya, tidak akan masuk surge kecuali orang yang penyayang.”
Kami katakan kepada beliau, “Ya Rasululloh, masing-masing dari kami saling menyayangi.” Beliau bersabda, “Yang namanya kasih sayang itu bukan hanya bila salah satu dari kalian menyayangi temannya, akan tetapi menyayangi sesama manusia.”
Abu Umarah ra berkata, Nabi saw pernah melihat seorang perempuan bersama kedua putrinya yang masih kecil dengan menggendong salah satunya dan menuntun yang satunya lagi. Rasululloh saw kemudian bersabda, “Kaum ibu yang tabah dan penyayang. Bila mereka tidak durhaka kepada suami mereka, maka orang-orang yang mengerjakan sholat di antara mereka akan masuk surge.” Diriwayatkan oleh Hakim (4/173), dan beliau mengatakan bahwa hadits ini shahihul-isnad berdasarkan syarat Bukhari dan Muslim, sekalipun keduanya tidak mengeluarkannya. Syu’bah menganggap hadits ini mu’dhal dari A’masy.
Diriwayatkan pula dari Abu Umamah bahwa ada seorang wanita yang datang menghadap Nabi saw disertai kedua anaknya, lalu Nabi memberinya tiga buah kurma. Wanita itu kemudian memberikan kurma satu-satu kepada keduanya. Namun kemudian salah seorang dari anaknya menangis, lalu si ibu tersebut membelah kurma yang satunya lagi menjadi dua dan memberikannya kepada keduanya. Rasululloh saw bersabda, “Wanita-wanita yang tabah dan penyayang kepada anak-anak mereka. Bila mereka tidak durhaka kepada para suami mereka, maka orang-orang yang sholat di antara mereka akan masuk surga.” Diriwayatkan oleh Hakim dalam kitab mustadrak-nya (4/174), namun beliau tidak mengomentarinya.
4. Mengambil yang Paling Ringan dari 2 Hal Selama Hal Itu Tidak Dosa
‘Aisyah ra berkata, “Rasululloh saw tidak pernah diberi dua pilihan, kecuali selalu mengambil yang lebih ringan (mudah) selama tidak merupakan dosa. Beliau adalah orang yang paling jauh dari dosa. Rasululloh saw tidak pernah balas dendam atas apa saja untuk dirinya, melainkan bila ada larangan Allah yang dilanggar. Sehingga beliau membalas hal itu semata karena Allah SWT.” Muttafaq ‘Alaih.
5. Lunak dan Fleksibel
Di sini kata lunak atau fleksibel harus dipahami secara luas dan menyeluruh, bukan dnegan kaca mata yang sempit. Kata lunak di sini bukan berarti lemah dan hina, tetapi makna yang sebenarnya adalah memilih kemudahan (taisir) yang dibolehkan oleh syara’
Diriwayatkan bahwa Ibnu Mas’ud ra berkata, Rasululloh saw bersabda, “Maukah aku beritahukan tentang orang-orang yang haram bagi neraka, atau neraka haram baginya? Neraka itu haram atas setiap orang yang mudah dekat dengan orang lain, lunak (fleksibel) dan mudah (bergaul). HR. At-Tirmidzi
6. Menjauhi Sifat Marah
Sifat marah dan fanatisme gila merupakan sifat negatif dalam pendidikan, bahkan juga dalam aspek sosial. Jika seorang bisa menguasai amarahnya dan bisa menahan murkanya, maka hal itu menjadi keberuntungan tersendiri bagi dirinya dan juga bagi anak-anaknya. Demikian sebaliknya, Nabi saw pernah memperingatkan seorang lelaki yang meminta pesan (wasiat) khusus kepada beliau yang kemudian beliau menjawab, “Jangan marah!” sampai tiga kali. Di samping itu, nabi saw juga menganggap bahwa namanya keberanian (syaja’ah) itu adalah kemampuan seseorang untuk menahan amarah. Diriwayatkan dari Abu Hurairah ra bahwa Rasululloh saw bersabda, “Orang yang berani itu bukanlah orang yang selalu menang dalam berkelahi, akan tetapi pemberani itu adalah orang yang menguasai (menahan) diri ketika marah.” Muttafaq ‘Alaih
7. Bersikap Seimbang (Moderat) dan Pertengahan
Sikap berlebihan atau ekstrim, tercela dalam urusan apapun. Oleh karena itu kita temukan, bahwa Rasululloh saw menyukai sikap moderat dalam masalah pokok-pokok agama. Lalu bagaimana pendapat anda dalam persoalan-persoalan lainnya, utamanya dalam masalah pendidikan?
Diriwayatkan bahwa Abu Mas’ud Uqbah bin Umar Al-Badri ra berkata, “Seseorang datang menghadap Nabi saw dan berkata, “Sesungguhnya aku biasa melambatkan diri dari sholat shubuh (berjamaah) karena si Fulan yang memanjangkan sholatnya (ketika mengimami kami).” Akhirnya Rasululloh saw marah, dan aku sama sekali belum pernah melihat beliau marah ketika memberikan nasihat melebihi kemarahan beliau ketika itu. Beliau lalu bersabda, “Wahai manusia, sesungguhnya di antara kalian ada orang-orang yang lari (meninggalkan sholat berjamaah). Maka siapa saja di antara kalian yang menjadi imam sholat, hendaknya ia memendekkannya, karena di belakangnya terdapat orang yang tua, anak kecil dan orang yang sedang punya keperluan. Muttafaq ‘Alaih.
8. Membatasi Diri dalam Memberikan Nasihat yang Baik
Terlalu banyak berbicara seringkali tidak memberikan hasil yang diharapkan. Sementara itu membatasi diri dalam memberikan nasihat yang baik acapkali justru memberikan hasil yang diinginkan dengan izin Allah. Oleh karena itu Abu Hanifah pernah memberikan nasihat kepada murid beliau dengan mengatakan, “Janganlah kamu bicarakan paham fikihmu kepada orang yang tidak menginginkannya.”
Demikian juga para shahabat. Mereka memahami betul makna ini dari apa yang dilakukan oleh Rasulullah saw. Diriwayatkan dari Abi Wa’il Syaqiq bin Salamah bahwa ia berkata, “Adalah Ibn Mas’ud ra, memberikan pelajaran seminggu sekali setiap hari kamis.
Lalu ada seorang yang mengusulkan, “Wahai Abu Abdurrahman! Kami sebenarnya ingin engkau memberikan pelajaran kepada kami setiap hari.” Ia menjawab, “Sesungguhnya yang menghalangiku untuk melakukannya adalah karena aku tidak suka bila membuat kalian bosan. Aku membatasi diri dalam memberikan petuah kepada kalian sebagaimana Rasululloh saw memberikan batasan dalam memberikan nasihat kepada kami karena khawatir bila hal itu membuat kami bosan.” Muttafaq Alaih.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar